Mengaplikasikan TIK Sebagai Media Pembelajaran di Sekolah
Di era digital sekarang ini istilah “ICT as a tool” atau “TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) sebagai media pembelajaran” sangat tidak asing bagi para pelaku pendidikan. Dunia pendidikan abad 21 memang identik dengan penggunaan teknologi yang terintegrasi. Pembelajaran di sekolah tidak lagi berpusat pada guru dan buku sebagai sumber belajar. Bagi siswa, keberadaan internet dan gadget telah mampu memberikan berbagai macam informasi yang berasal dari sumber-sumber yang tak terbatas, tanpa batasan ruang dan waktu.
Pada dasarnya pengaruh teknologi terhadap perkembangan pendidikan baik di dunia maupun di Indonesia sangat dinamis. Teknologi dapat memberi warna baru bagi kegiatan belajar-mengajar di sekolah. Dan, hal tersebut mampu merubah cara pandang masyarakat terhadap pendidikan di abad ke 21.
Penggunaan laptop, komputer dan bahkan gadget dalam setiap kegiatan belajar-mengajar di sekolah bukanlah hal baru, mengingat TIK sendiri adalah bagian tak terpisahkan dari aktifitas belajar dan mengajar di kelas, perubahan kurikulum, target pembelajaran, strategi mengajar dan aktifitas belajar (UNESCO, 2004).
Kenyataan ini menuntut para pendidik untuk senantiasa mampu mengintegrasikan perangkat-perangkat keras tersebut dengan setiap mata pelajaran di sekolah. Di sinilah peran kurikulum dibutuhkan. Kurikulum lah yang mengatur integarasi TIK dengan setiap mata pelajaran di sekolah. Dengan begitu, TIK mampu memperkaya/meng-enhance kegiatan belajar-mengajar di kelas.
Hal tersebut sesuai dengan program pengembangan pendidikan dari Depdiknas dimana TIK bukan hanya sekedar “Pelengkap” dalam kurikulum dan kegiatan belajar-mengajar, namun TIK memang didesain untuk mempersiapkan generasi bangsa menghadapi persaingan global di masa-masa yang datang.
“Lalu, bagaimana cara mengimplementasikan Teknologi Informasi dan Komunikasi tersebut di sekolah? Sejauh mana TIK dapat memberikan manfaat yang signifikan terhadap suksesnya pembelajaran?”.
Berbicara tentang bagaimana mengintegrasikan TIK ke dalam kegiatan belajar-mengajar tidak lepas dari pembahasan mengenai proses yang kompleks tentang pembelajaran beserta hambatan-hambatannya. Beberapa penelitian di negara maju dan berkembang terkait pengembangan TIK di sekolah mengemukakan setidaknya dua hambatan besar menurut Becta (2004).
Pertama, “Teacher-level barriers” ; ini menyangkut segala hal yang berhubungan dengan faktor setiap individu seperti kurangnya waktu, kurangnya kepercayaan diri, penolakan akan suatu perubahan dan sikap-sikap negatif lainnya.
Kedua, “School-level barriers” yang merupakan hambatan-hambatan terkait faktor institusi, seperti kurangnya pelatihan guru atas permasalahan-permasalahan teknis atau minimnya kesempatan bagi guru untuk mengakses sumber daya yang tersedia (Khalid Abdullah. 2009).
Namun demikian, hambatan-hambatan tersebut di atas tidak boleh membuat pihak sekolah berputus asa mengingat Teknologi Informasi dan Komunikasi mampu menawarkan banyak hal positif lainnya selain yang terkait langsung dengan proses belajar mengajar, seperti: mendukung pengambilan keputusan; meningkatkan efisiensi dan produktifitas; menunjang aktifitas pekerjaan dan belajar; dan bahkan meningkatkan kualitas hidup manusia (DEPDIKNAS, 2005).
Untuk itu diperlukan strategi atau pendekatan tertentu yang mendukung dan memberikan solusi cerdas bagi hambatan-hambatan tersebut. Menurut Ariek Singgih dalam blognya di https://arieksinggih.wordpress.com/2014/12/27/strategi-implementasi-tik-dalam-pembelajaran-di-sekolah/, ada beberapa strategi yang dapat dilakukan oleh pihak sekolah dalam upaya mengaplikasikan TIK ke dalam kegiatan pembelajaran seperti sebagai berikut:
Menyediakan kebutuhan perangkat TIK, misalnya fasilitas komputer, proyektor LCD dan sambungan internet yang dapat dimanfaatkan oleh guru, karyawan, dan siswa.
Kemudahan dalam mengakses sistem jaringan bagi guru, karyawan, dan siswa.
Implementasi di tingkat guru melalui pelatihan terprogram dan berkesinambungan tentang sistem e-learning.
Menyediakan tenaga khusus TIK yang kompeten dan mampu mengkoordinasi perangkat TIK.
Membuat sistem jaringan terpadu berbasis TIK dalam penyelenggaraan program pendidikan misalnya pembuatan web sekolah.
Dengan demikian, hambatan yang mungkin terjadi dalam mengaplikasikan Teknologi Informasi dan Komunikasi sebagai media pembelajaran di sekolah bisa di-minimalisir sehingga baik para pendidik, peserta didik serta staf administrasi mampu meningkatkan perannya masing-masing demi satu tujuan yaitu mempersiapkan generasi penerus bangsa menghadapi persaingan global.
Sumber : https://www.kompasiana.com/
0 komentar:
Posting Komentar